*MATI &LARANGAN MENGINGINKAN NYA*
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan kematian karena tertimpa kesengsaraan. Kalaupun terpaksa ia mengharapkannya, maka hendaknya dia berdoa, “Ya Allah, berilah aku kehidupan apabila kehidupan tersebut memang lebih baik bagiku dan matikanlah aku apabila kematian tersebut memang lebih baik untukku.” (HR. Al-Bukhari no. 5671 dan Muslim no. 2680)
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan kematian karena tertimpa kesengsaraan. Kalaupun terpaksa ia mengharapkannya, maka hendaknya dia berdoa, “Ya Allah, berilah aku kehidupan apabila kehidupan tersebut memang lebih baik bagiku dan matikanlah aku apabila kematian tersebut memang lebih baik untukku.” (HR. Al-Bukhari no. 5671 dan Muslim no. 2680)
KEBERKAHAN ORANG YANG MENGINGAT ALLAH
Dari Abu Musa radhiallahu ‘anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti orang yang hidup dengan yang mati.” (HR. Al-Bukhari no. 6407)
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti orang yang hidup dengan yang mati.” (HR. Al-Bukhari no. 6407)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ يَقُولُونَ مِنْ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمْ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
“Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan guna dan mencari-cari majelis zikir. Jika mereka mendapati suatu kaum yang mengingat Allah, maka mereka akan saling memanggil satu sama lain, “Kemarilah menuju apa yang kalian cari.” Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia. Maka Rabb mereka bertanya -padahal Dia lebih tahu dari mereka- kepada mereka, “Apa yang dikatakan oleh hamba-hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Mereka mensucikan Engkau, membesarkan Engkau, memuji Engkau, dan mengagungkan Engkau.” Allah berfirman, “Apakah mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah mereka tidak melihat-Mu.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Sekiranya mereka melihat-Mu niscaya mereka akan lebih giat lagi beribadah, akan lebih besar pengagungan dan pujian mereka kepada-Mu, dan akan lebih sering lagi mensucikan Engkau.” Allah berfirman, “Lalu apa yang mereka minta?” Para malaikat menjawab, “Mereka meminta surga kepada-Mu.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Jika mereka telah melihatnya niscaya mereka akan lebih berkeinginan lagi, lebih antusias, dan harapan mereka akan lebih besar lagi.” Allah berfirman, “Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?” Para malaikat menjawab, “Dari api neraka.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Belum, demi Allah wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya sama sekali.” Allah berfirman, “Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?” Para malaikat menjawab, ‘Tentu mereka akan semakin menjauh dan semakin takut lagi darinya.” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.” Salah satu dari malaikat berkata, “Sesungguhnya di antara mereka ada si fulan yang bukan bagian dari mereka (yang mengingat Allah), dia hanya datang untuk suatu keperluan?” Allah berfirman, “Mereka adalah suatu kaum yang teman duduk mereka tidak akan mendapatkan kecelakaan.” (HR. Al-Bukhari no. 6408 dan Muslim no. 2689)
إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ يَقُولُونَ مِنْ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمْ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
“Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan guna dan mencari-cari majelis zikir. Jika mereka mendapati suatu kaum yang mengingat Allah, maka mereka akan saling memanggil satu sama lain, “Kemarilah menuju apa yang kalian cari.” Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia. Maka Rabb mereka bertanya -padahal Dia lebih tahu dari mereka- kepada mereka, “Apa yang dikatakan oleh hamba-hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Mereka mensucikan Engkau, membesarkan Engkau, memuji Engkau, dan mengagungkan Engkau.” Allah berfirman, “Apakah mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah mereka tidak melihat-Mu.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Sekiranya mereka melihat-Mu niscaya mereka akan lebih giat lagi beribadah, akan lebih besar pengagungan dan pujian mereka kepada-Mu, dan akan lebih sering lagi mensucikan Engkau.” Allah berfirman, “Lalu apa yang mereka minta?” Para malaikat menjawab, “Mereka meminta surga kepada-Mu.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.” Allah berfirman, “Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Jika mereka telah melihatnya niscaya mereka akan lebih berkeinginan lagi, lebih antusias, dan harapan mereka akan lebih besar lagi.” Allah berfirman, “Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?” Para malaikat menjawab, “Dari api neraka.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Belum, demi Allah wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya sama sekali.” Allah berfirman, “Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?” Para malaikat menjawab, ‘Tentu mereka akan semakin menjauh dan semakin takut lagi darinya.” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.” Salah satu dari malaikat berkata, “Sesungguhnya di antara mereka ada si fulan yang bukan bagian dari mereka (yang mengingat Allah), dia hanya datang untuk suatu keperluan?” Allah berfirman, “Mereka adalah suatu kaum yang teman duduk mereka tidak akan mendapatkan kecelakaan.” (HR. Al-Bukhari no. 6408 dan Muslim no. 2689)
Penjelasan ringkas:
Mengingat Allah adalah amalan yang paling utama yang seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengannya. Dia juga merupakan amalan yang menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa orang yang melakukannya dan sebab diangkatnya derajat mereka. Dengan mengingat Allah maka hati akan mendapatkan makanan untuk hidup sehingga diapun bisa menjadi tenang. Karenanya, perumpamaan orang yang mengingat Allah dengan yang tidak adalah bagaikan orang yang hidup dan yang mati. Karena yang menjadi patokan pada seorang manusia adalah hatinya. Walaupun dia hidup tapi jika hatinya mati maka mereka di mata Allah adalah orang-orang yang mati. Karenanya dalam Al-Qur`an, orang-orang kafir dan musyrik disifati oleh Allah sebagai orang-orang yang mati, karena matinya hati mereka.
Mengingat Allah adalah amalan yang paling utama yang seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengannya. Dia juga merupakan amalan yang menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa orang yang melakukannya dan sebab diangkatnya derajat mereka. Dengan mengingat Allah maka hati akan mendapatkan makanan untuk hidup sehingga diapun bisa menjadi tenang. Karenanya, perumpamaan orang yang mengingat Allah dengan yang tidak adalah bagaikan orang yang hidup dan yang mati. Karena yang menjadi patokan pada seorang manusia adalah hatinya. Walaupun dia hidup tapi jika hatinya mati maka mereka di mata Allah adalah orang-orang yang mati. Karenanya dalam Al-Qur`an, orang-orang kafir dan musyrik disifati oleh Allah sebagai orang-orang yang mati, karena matinya hati mereka.
Yang
dimaksud dengan mengingat Allah di sini lebih umum daripada sekedar
berzikir. Karena termasuk dalam kategori mengingat Allah adalah membaca
Al-Qur`an dan hadits, menuntut ilmu agama, berzikir dengan lisan,
mengingat surga dan neraka, bahkan merenungi dosa dan kesalahan yang
telah lalu lantas dia menyesalinya merupakan bentuk ingat kepada Allah.
Karena sangat besarnya kecintaan Allah kepada orang-orang yang
mengingat diri-Nya, maka Allah Ta’ala menugaskan malaikat-malaikat yang
khusus bertugas mencari kumpulan orang yang mengingat Allah, Allah akan
meliputi mereka dengan rahmat, dan kaum tersebut akan dilindungi oleh
para malaikat dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia. Bahkan
Allah juga memberikan keutamaan kepada orang-orang yang berada di dekat
kumpulan orang yang mengingat Allah tersebut, walaupun dia duduk di
situ bukan bertujuan untuk mengingat Allah.
* HAK ISTRI DARI SUAMI NYA*
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَإِذَا شَهِدَ أَمْرًا فَلْيَتَكَلَّمْ بِخَيْرٍ أَوْ لِيَسْكُتْ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kemudian dia menyaksikan suatu peristiwa, hendaklah dia berbicara dengan baik atau diam. Berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas. Jika kamu berusaha untuk meluruskannya niscaya akan patah, tapi jika kamu membiarkannya maka dia akan senantiasa bengkok. Karenanya berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan.” (HR. Al-Bukhari no. 5186 dan Muslim no. 1568)
*HAK SUAMI DARI ISTRI*
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, akan tetapi dia (istri) tidak mau memenuhi ajakan suami sehingga malam itu suaminya tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknat wanita itu sampai subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 5193 dan Muslim no. 1436)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ وَلَا تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ
“Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sementara sementara suaminya ada di rumah, kecuai dengan seizinnya. Dan dia tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan seizin suaminya. Dan sesuatu yang dia infakkan tanpa seizinnya, maka setengahnya harus dikembalikan pada suaminya.” (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
*SOMBONG SIFAT PENGHUNI NERAKA*
Haritsah bin Wahab radhiallahu anhu berkata: Saya pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian siapa penghuni neraka?” Mereka menjawab, “Mau.” Beliau bersabda, “Setiap orang yang kasar, congkak dalam berjalan, dan sombong.” (HR. Al-Bukhari no. 9417 dan Muslim no. 2853)
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian siapa penghuni neraka?” Mereka menjawab, “Mau.” Beliau bersabda, “Setiap orang yang kasar, congkak dalam berjalan, dan sombong.” (HR. Al-Bukhari no. 9417 dan Muslim no. 2853)
*ANJURAN MENYAMBUNG SILATURAHMI*
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْ خَلْقِهِ قَالَتْ الرَّحِمُ هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ قَالَ نَعَمْ أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ قَالَ فَهُوَ لَكِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Sesungguhnya Allah menciptakan seluruh makhluk. Sampai ketika Allah selesai menciptakan semua makhluk, maka rahim pun berkata, “Inikah tempat bagi yang berlindung kepadanya dari terputusnya silaturahim?’ Allah menjawab, “Benar. Tidakkah kamu senang kalai Aku akan menyambung orang yang menyambungmu dan memutuskan orang yang memutuskanmu?” Rahim menjawab, “Tentu, wahai Rabb.” Allah berfirman, “Kalau begitu itulah yang kamu miliki.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian mau, maka bacalah ayat berikut ini: Maka apakah kiranya jika kalian berkuasa maka kalian akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23). (HR. Al-Bukhari no. 5987 dan Muslim no. 2554)
Dari Anas bin Malik radhiallahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Al-Bukhari no. 5986)
Dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturrahmi bukanlah orang yang membalas akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang menyambungnya ketika dia itu terputus.” (HR. Al-Bukhari no. 5991)
*WAJIBNYA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA*
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
“Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah.” Abdullah berkata, “Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku.” (HR. Al-Bukhari no. 527 dan Muslim no. 85)
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
“Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah.” Abdullah berkata, “Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku.” (HR. Al-Bukhari no. 527 dan Muslim no. 85)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu dia bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak mendapatkan kebaktianku?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?”Beliau menjawab: “Kemudian bapakmu!” (HR. Al-Bukhari no. 5597 dan Muslim no. 2548)
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu dia bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak mendapatkan kebaktianku?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu!” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?”Beliau menjawab: “Kemudian bapakmu!” (HR. Al-Bukhari no. 5597 dan Muslim no. 2548)
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam minta izin hendak ikut jihad (berperang). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Jawab orang itu, “Masih!” Beliau bersabda, “Maka berjihadlah pada keduanya.” (HR. Al-Bukhari no. 2782 dan Muslim no. 2549)
Yakni: Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya.
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam minta izin hendak ikut jihad (berperang). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Jawab orang itu, “Masih!” Beliau bersabda, “Maka berjihadlah pada keduanya.” (HR. Al-Bukhari no. 2782 dan Muslim no. 2549)
Yakni: Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya.
*ANCAMAN KEPADA PARA BENCONG & WARIA*
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dia berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885)
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885)
*ADAB-ADAB KETIKA MENGUAP*
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai amalan bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya. Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah dia menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)Peringatan:
Sebagian orang ketika menguap dia menguap sambil membaca ta’awudz atau istighfar. Ini adalah kesalahan dari dua sisi:
1. Tidak memiliki dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah.
2. Dia meninggalkan sunnah menutup mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar